Sunday, May 31, 2009

Tuesday, April 21, 2009

kartini masa depan dan masa kini

....
Premis-premis di atas tentu hanya simplifkasi dari kompleksnya realitas dan provokasi logika berpikir belaka. Tapi dari permainan logika diaduk fakta ini, kita bisa bercermin bahwa bangsa ini memang tidak konsisten dan kerap memperdagangkan jargon-jargon nasionalisme.

Padahal, di Jakarta sendiri nasionalisme sudah lama bangkrut dan tinggal jadi komoditi politik belaka.

Sejak menjadi presiden pada 1967, hingga turun tahta pada Mei 1998, sudah 30 kali Soeharto memimpin upacara kenegaraan 17 Agustus. Tapi setelah lengser, upacara 17 Agustus 1998 pun tak dihadirinya. Padahal, Sekretaris Negara selalu mengundang mantan presiden dan keluarganya.

Begitu pula dengan Presiden Gus Dur. Setelah turun tahta, Juli 2001, alih-alih datang ke Istana, pada 17 Agustus tahun itu, Gus Dur malah menggelar upacara tandingan di kediamannya di Ciganjur dan di sanalah lagu Garuda Pancasila dipelesetkan. Padahal, aktivis KontraS, Ori Rahman, pernah digebuki anggota Pemuda Panca Marga karena dianggap gagal ‘tes nasionalisme’ gara-gara tak hafal lagu Indonesia Raya.

BJ Habibie juga sama saja. Alih-alih ikut upacara 17 Agustus di jajaran bangku bekas presiden, sejak dipecat MPR pada 1999, dia bahkan tak tinggal di negaranya sendiri dan memilih hidup di Eropa dengan berbagai alasan.

Megawati juga setali tiga uang. Barangkali karena yang menjadi inspektur upacara (presiden) adalah bekas anak buahnya, ketua umum partai nasionalis itu tak pernah sekali pun menghadiri upacara 17 Agustus, baik tahun 2005, 2007, 2008, dan hampir pasti 2009 (kecuali barangkali menang pilpres).

Kita akan lihat, apakah setelah tak menjabat menjadi presiden, Susilo Bambang Yudhoyono masih akan ikut upacara 17 Agustus dan duduk di bangku undangan.

Tentu jawaban para bekas presiden dan pendukungnya bisa seperti ini: “Ah, nasionalisme kan tidak hanya diukur dari upacara bendera saja.”

Di masa pemberlakuan darurat militer di Aceh (2003-2005), orang bisa celaka hanya gara-gara tidak ikut upcara bendera karena dianggap tidak NKRI. Harga yang mahal harus mereka bayar untuk merayakan ‘nasionalisme’ simbol ala Jakarta ini.

Ada juga calon presiden yang menolak hasil amandemen UUD 1945 dengan alasan nasionalisme, sementara ketika konstitusi itu sedang dibahas antara 1999-2004, dia sedang sibuk berbisnis dan hidup di Timur Tengah (mungkin karena khawatir terimbas gerakan reformasi yang menuntut agar kasus HAM masa lalunya diusut). Kini dia kembali dan banyak menjejali publik dengan iklan kemandirian bangsa dan sentimen anti-asing.

Belajar dari catatan-catatan di atas, pemilih dalam pilpres nanti agaknya perlu jeli terhadap barang dagangan para tengkulak nasionalisme, yang hanya menjadikan gagasan luhur itu sebagai komoditi politik untuk meraih suara, sembari mendiskreditkan pihak lain dengan stigma sektarianisme.

Nasionalisme bukan monopoli jenderal (apalagi pensiunan) atau politisi sipil. Dan bukan pula monopoli jenis kelamin tertentu.

Selamat Hari Kartini (bagi yang merayakan)

kartini masa depan dan masa kini

Kartini dan Tengkulak Nasionalisme

Oleh: Dandhy D Laksono ; deenda1@yahoo.com

Raden Ajeng Kartini di Jepara jangan-jangan tak mengenal Cut Nyak Dien sebaik dia mengenal Booij-Boissevain, Van Zeggelen, atau Estelle Zeehandellar; sahabat pena tempatnya bercerita tentang diskriminasi yang dialami perempuan Jawa.

Andaipun Kartini berkirim surat kepada Cut Nyak Dien, pastilah sulit berbalas. Sebab, saat putri ningrat ini baru menikmati dihapusnya tradisi pingit (1900) atas perintah Ratu Wilhemina, Cut Nyak Dien sudah menggantikan Teuku Umar, suaminya, memimpin gerilya di belantara Aceh. Dia bahkan sudah dua kali menjanda, jauh sebelum Kartini dipaksa kawin dengan Bupati Rembang.

Entah apa yang membuat Kartini tak menulis surat ke perempuan-perempuan pejuang di tanah air seperti halnya kepada nonik-nonik Belanda terdidik. Padahal, Pati Unus yang sama-sama asal Jepara pernah bertempur bersama kerajaan nusantara lain, menghadang Portugis di Malaka (1513).

Tapi sejarah Indonesia terlanjur mencatat surat-surat Kartini sebagai tonggak perjuangan emansipasi perempuan. Sejarah yang dibuat Jakarta, sepertinya enggan menoleh terlalu ke belakang, saat Laksamana Malahayati memimpin 2.000 pasukan Inong Balee mengacaukan barisan Frederic Houtman pada 1599 di pesisir Banda Aceh. Peristiwa ini terjadi 300 tahun sebelum Kartini berkeluh kesah tentang tertindasnya perempuan di Jawa.

Lalu di masa Indonesia ‘modern’ tahun 1999, (lagi-lagi di Jawa) orang meributkan boleh tidaknya seorang perempuan menjadi presiden, hanya karena ingin mengganjal Megawati Soekarnoputri. Sementara di Aceh abad ke-17, Ratu Safiatuddin sudah memerintah disusul Ratu Nur Alam Nakiatuddin, Inayat Zakiatuddin, dan Kumala Syah.

Itu belum termasuk 16 perempuan dari 73 orang yang duduk di Majelis Mahkamah Rakyat (parlemen) antara tahun 1641-1675, jauh sebelum para aktivis LSM di Jakarta menuntut kuota 30 persen keterwakilan perempuan di DPR dengan rujukan gerakan emansipasi yang ‘diimpor’ dan bukannya dari ‘produk lokal’.

Pemunculan ikon Kartini dan kampanye emansipasi di awal abad ke-20 sejatinya adalah buah dari strategi politik penyelamatan muka pemerintah Belanda kepada dunia internasional. Belanda yang sudah ratusan tahun mengkoloni nusantara, tak kunjung melahirkan perubahan dan modernitas.

Bandingkan dengan Inggris yang juga menjajah India namun sudah melahirkan tokoh-tokoh perempuan lokal seperti Pandita Ramabai yang go internasional. Maka selamatlah wajah politik kolonial Inggris dari tudingan penghisapan dan pembodohan negeri jajahan. Sementara reputasi Belanda di Indonesia hanya sebatas tengkulak pala, lada, kopi, dan gula.

Dan tak ketinggalan: budaya pergundikan atau nyai.

Karena itu tak heran jika JH Abendanon, mantan Direktur Departemen Pengajaran dari kubu liberal di Nederland, berinisiatif menerbitkan surat-surat Kartini pada 1911 dalam sebuah buku berjudul Door Duisternis tot Licht, yang diterjemahkan secara literal menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Ikon Kartini lalu dirangkai dengan kebijakan Politik Etis (balas budi) dari Nederland kepada jajahannya, Hindia Belanda.

Tentu saja Kartini yang bergerak di bidang sastra, bukan pepesan kosong. Meski tak melakukan gerakan ‘konkret’ seperti Dewi Sartika yang membuka sekolah rakyat di Jawa Barat, pemikiran Kartini telah menjadi inspirasi gerakan perempuan di zamannya, hingga momentum Kongres Perempuan I, 22 Desember 1928. Dari situlah tanggal Hari Ibu ditetapkan, bukan adopsi dari perayaan Mother’s Day hasil impor.

Yang patut disayangkan, mengapa pemerintah hanya menggembar-gemborkan Hari Kartini setiap tanggal 21 April yang notabene diambil dari tanggal lahir satu tokoh pahlawan saja. Departemen Pendidikan dan para menterinya di masa Orde Baru tentu harus menjelaskan sebelum orang berpikir bahwa ini cuma politik jawa-centris –atau orang sudah berpikir demikian?— di masa Soeharto berkuasa.

Politik yang memodifikasi strategi kolonial Belanda di awal abad 20.

Padahal, biasanya pemerintah cenderung mempahlawankan mereka yang berjuang secara fisik, seperti Diponegoro, Hasanuddin, Imam Bonjol, Pattimura, Sudirman, Oerip Soemohardjo, atau Bung Tomo, dibandingkan misalnya Tirto Adhi Suryo (perintis pers).

Lantas mengapa ikon untuk pahlawan perempuan bukan laskar juga seperti Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutiah, atau Christina Martha Tiahahu?

Mengapa saat menyebut pahlawan perempuan, justru yang dimajukan adalah seorang sastrawan. Bukan seorang petarung di mandala.

Institusi TNI sendiri tak pernah memberi nama kodam-kodamnya dengan nama pahlawan perempuan, betapapun heroisme mereka mengalahkan kaum pria di masanya.

Alam berpikir patriarki tanpa kita sadar tumbuh membiak dalam benak kita.

Nasionalisme & Militerisme
Hal itu biasanya terjadi karena kita sering merancukan antara nasionalisme, patriotisme, dan kemiliteran. Tafsir atas nasionalisme selama Orde Baru memang dimonopoli militer dan diarahkan ke simbol-simbol aktivitas militer.

Rezim Soeharto, misalnya, tetap dianggap nasionalis karena menumpas separatisme di Aceh, Papua, dan Timor Timur demi NKRI, meski memberikan banyak sumur minyak dan konsesi pertambangan kepada perusahaan-perusahaan asing.

Begitu juga dengan pemerintahan Megawati Soekarnoputri yang 'teruji' ke-NKRI-annya karena memberlakukan Darurat Militer di Aceh untuk menumpas GAM, meski di saat yang sama, pemerintahannya melego Indosat, LNG Tangguh, atau mengekspor gas Arun ke luar negeri, di saat industri dalam negeri sedang kesulitan pasokan.

Nasionalisme Indonesia memang penuh paradoks. Dalam aspek sejarah saja, pemerintah menyembunyikan fakta bahwa sepanjang masa penjajahan, banyak anak bangsa yang justru mendukung Belanda. Di dinding Kerkhof di kota Banda Aceh, tertulis 2.200 nama serdadu Belanda yang tewas di medan laga. Tapi bila diperhatikan secara seksama, nama-nama itu tak hanya milik orang-orang bermata biru dan berambut jagung, seperti Wiederholt atau Wetering. Tapi juga nama-nama jawa seperti Soewadi, Raden Nembi, Kartopawiso, atau Lalawi.

Tentara KNIL (het Koninklijke Nederlandsche Indische Leger) yang dibawa Mayjen Kohler dari Batavia ke Aceh pada 1873 sejatinya memang terdiri dari orang-orang Jawa, Maluku, dan Sunda. Tapi di buku-buku pelajaran sekolah versi Depdibud atau Depdiknas, tak ada penerbit yang menyebut bahwa 82 persen tentara KNIL adalah bangsa kita sendiri yang sebagian besar bergabung karena motivasi ekonomi.

Demikian juga halnya dengan Divisi Marsosse (Marechaussee) yang terkenal kejam. Tak ada kurikulum pemerintah yang mengajarkan kepada murid SD bahwa gagasan pembentukan Marsose justru dari seorang pribumi bernama Muhammad Arif, putra Minang berprofesi jaksa yang bertugas di Aceh.

Kejujuran memang menyakitkan dan memalukan. Apalagi bila generasi muda kita tahu bahwa pada tahun 1929, serdadu KNIL yang mencapai 37.000 orang itu ternyata 45 persennya adalah orang Jawa. Disusul orang Belanda sendiri (18 persen), lalu Manado (15 persen) dan orang Ambon (12 persen).

Ketika untuk pertamakalinya KNIL dikirim ke Aceh pada 1873, Kohler membawa 15.100 prajurit pribumi, sedangkan prajurit Eropa hanya 11.500.

Itu semua tak ada di kurikulum sejarah versi pemerintah.

Namun bila ada buku pelajaran sejarah yang tak mencantumkan PKI sebagai dalang peristiwa 65, maka Kejaksaan Agung melarangnya, atau masyarakat dari kelompok tetentu, membakarnya.

Orang Indonesia sepertinya lebih malu disebut komunis, daripada disebut antek kolonial. Padahal, manuver kaum komunis, terjadi hanya dua kali saja: 1948 dan 1965. Dan mereka sudah membayarnya dengan mahal, termasuk anak cucu yang tak berdosa. Sementara Belanda telah membuat kesengsaraan selama 350 tahun dari Merauke hingga Sabang. Tapi tak ada keturunan KNIL yang KTP-nya diberi tanda: EK (eks KNIL).

Mantan KNIL bahkan menjadi presiden kita selama 32 tahun.

Friday, April 3, 2009

bila persahabatan hanya manis di bibir

di sini aku ingin mengungkapkan kekecewaanku yang mendalam sama teman'' ku yang katanya teman'' yang baik yang katanya teman'' yang solid namun nyatanya apa..............hanya sebuah penghianatan,,,,,,,,,,,,,,,hanya sebuah penghinaan, bila aku ini seorang artis aku nggak akan marah karena memang begitulah dunia artis yang penuh gosib yang penuh dengan intrik tapi di sini aku hanya seorang pembantu aku hanya seorang no one menjadi some one.
mengapa kalian membawa masalah pribadiku ke organisasi karena bagiku organisasi dan pribadi adalah dua hal yang berbeda nggak bisa di campur adukkan , kalian protes aku pacaran dengan orang islam padahal kalian juga tau aku nggak mungkin pindah ke agama islam aku orang yang nasional aku orang yang memandang agama itu bukan untuk saling menyakiti bagiku agama adalah hal yang di buat ,ketika kita menghadap Tuhan bukan agama yang kita bawa tapi apa yang telah kita lakukan di dunia ini dan hanya Tuhan yang punya hak untuk menghukum kita dengan aturan yang tak pernah kita ketahui apa itu .
mengapa kalian harus iri dengan aku mengapa kalian harus merasa lebih bodoh dariku mengapa karena kalian ngak bisa seperti aku , tapi apakah kalian sadar dan tau mengapa aku sampai di sini di tingkatan ini , semua itu nggak mudah semua itu nggak instan butuh perjuangan panjang untuk menggapai ini ,, ,,, kalau aku tegas karena dari kecil aku di didik untuk tegas dengan diriku sendiri aku juga aktif dalam kegiatan di sekolah antara lain pramuka orang selalu memandang rendah kegiatan itu namun nyatanya ketika kita dewasa kita tau bahwa itu sangat berarti bukan han ya kebersamaan tapi kita di tuntut untu menjadi seorang yang bijaksana seorang pemimpin yang bisa di andalkan banyak lagi kegiatan selain paskibra , karang taruna semua menjadikan aku tau apa yang harus aku lakukan.menjadikan aku lebih dewasa dalam menghadapi setiap persoalan.
bila aku juga mempunyai visi dan misi yang lebih mampu di pertanggung jawabkan bukan impian kosong karena aku sadar apa yang kita punya apa yang mampu kita lakukan aku bukan hanya bermimpi tanpa tau apakah aku akan berhasil mengapai mimpi itu aku bermimpi tapi aku juga mencoba untuk meraihnya , bener'' tak tau bagaimana jalan fikiran kalian semua , walau kalian semua berusaha meruntuhkan semangatku berusaha menyingkirkan aku tapi bukan dengan kecerdikan yang kalian miliki bukan pula dengan kepandaian yang kalian miliki selamanya hanya akan jadi mimpi karena kalian hanya bisa bersengkongkol dengan mengunakan otak dengkol dan itu nggak akan bertahan lama , kalian curiga aku masuk mempunya visi dan misi apa oalalalalaalahhhhhhhhh dasar kalau otang'' getuk yang di fikir ya cuma ketenaran belaka tanpa tau apa'' tong kosong nyaring bunyinya. sekarang aku nggak tau apa yang harus aku lakukan apakah aku akan gembira atau sedih ,nggak ada yang perlu di ragukan dariku tapi karena pikiran picik kalianlah yang membuat kalaian kini berada pada tempat yang nggak seharusnya kalian berada aku tau sebenarnya kalian orang'' yang baik kok tapi karena keegoisan semata yang membuat kalian lupa diri lupa akan kebaikan.

terbongkarnya sebuah rahasia

benarlah kata orang jawa '' becik ketitik olo ketoro '' itu benar'' kualami saat ini , setelah tiga tahun lebih berlalu setelah semua yang kualami begitu pahit setelah yang aku kira teman'' ku itu sahabat yang baik ternyata BUKAN mereka bukan teman '' yang benar'' teman , inikah arti seorang teman yang ternyata bisa melakukan apapun untuk menghancurkan yang lain sungguh itu sangat mengejutkan aku , aku benci semua ini saat kutau apa yang sebenarnya terjadi hebat benar sandiwara mereka padaku oh Tuhan aku nggak tau apa yang harus kulakukan kini.
memaafkan mereka ,,,,,,,,,,,TENTU,,,,,,,,,,,,,,,aku pasti lakukan itu tapi yang ingin kutau apa yang mereka inginkan dariku apa yang mereka harapkan dariku , aku tak bisa menjawabnya nggak bisa .
sahabatku bila memang kalian semua menginginkan sesuatu dariku baiknya katakanlah padaku dan aku akan menerimanya aku akan mengbulkannya bila aku mampu tapi kini kalian menjegalku , kalaian mengkambing hitamkan aku tanpa kutau apa salahku , dan setelah kini semua terbuka bahwa bukan aku yang melakukannya bahwa ternyata semua itu hanya ulah dari orang yang nggak punya tanggung jawab orang yang kalian sebut lintah darat orang yang kalian agung''an , yang kalian puja' ' , lalu bentuk tanggung jawab apa kini yang ingin kalian perlihatkan padaku ,
jujur aku malu pada semuanya aku malu pada anggota bahwa ternyata pengurusnya sendiri yang melakukannya pengurusnya sendiri yang berusaha menghancurkannya , di sinilah kita harus tunjukkan kebesaran hati kita untuk meminta maaf bukan hanya kepada anggota tapi kepada saudari ayu yang telah jadi korbannya yang telah membongkar semua ini , menjadikan mata kalian terbuka akan kebenaran , apalah artinya kalian semua pergi sembahyang apalah artinya kalian semua berdoa bagai orang suci bila hati kalian nggak suci bila hati kalian nggak seindah di permukaan bahwa Tuhan itu tak tidur belum kalian mengerti kalau begitu untuk apa semua ini untuk apa ngak ada gunanya.
dan aku sebagai penguruspun merasa semua ini hasil dari apa yang kalian tanam apa yang kalian lakukan padaku , dari dulu pun nggak ada persyaratan bahwa pengurus harus libur tiap minggu tapi demi menyingkirkan aku kalian mengunakan syarat ini agar aku tak terpilih agar aku tak ada di antara kalian padahal kalian juga menyadari aku tak mungkin dapat kalian singkirkan masih banyak yang menyukai aku , dan yang kalian tunjuk juga hanya orang'' yang sekiranya kong kalingkong dengan kalian , lintah darat kalian jadikan bendahara , orang'' yang nggak berkualitas dan nggak punya pandangan kedepan kalian jadikan pengurus hanya karena kalian menganggap teman baik . dalam berorganisasi itu kita nggak mengenal namanya teman baik nggak ada kong kalingkong nggak ada hanya orang'' yang berkualitas saja yang mampu memimpin karena pemimpin itu harus punya jiwa seorang pemimpin tapi harus kusadari pula nggak semua orang bisa memaklumi jalan fikiranku nggak semua orang mengerti bagaimana cara berorganisasi .
leader yang baik adalah leader yang mau menerima kritik dan saran , menerima masukan walau itu pahit menerima pendapat dari orang lain terutama para anggota , tapi di sini nggak begitu yang terjadi , nggak ada kesinambungan antara pengurus dan umat karena umat sudah hilang kepercayaan .
keberadaanku membuat kalian bertanya'' apa visi dan misiku padahal aku sudah terbuka dengan kalian semua aku sudah mengatakan bagaimana visi dan misiku tapi ternyata kalian masih curiga kepadaku entah apa yang melandasi rasa curiga di hati kalian semua apa aku pernah merahasiaakan sesuatu dari awal aku sudah merasa nggak kalian hargai sebagai pengurus aku sebenarnya berhak tau apa yang terjadi di dalam tapi kalian tak pernah ngasih tau aku kalian tak pernah musyawarah dengan aku lalu apa artinya aku kalian jadikan pengurus , di sini kebersamaan masih mahal harganya kalian belum mengerti benar atri sebuah kebersamaan , kalau sekarang aku bersorak'' mungkin ahhahahaha itu bukan karena aku menang bukan pula karena aku merasa benar tapi aku merasa kasihan sama kalian yang begitu angkuh untuk mengakui bahwa kalian bukan orang'' yang selalu benar , pintar , pandai bahwa di balik itu masih banyak orang'' yang lebih pintar dan punya potensi yang tinggi dari pada kalian di sini lah kalian di paksa untuk mengakuinya mengakui apa yang sebenarnya kalian nggak ingin akui nggak ingin kalian terima sungguh ini suatu pelajaran yang sangat berarti bagi kita semua bahwa kita nggak boleh menghina orang lain , melecehkan orang lain , memfitnan orang lain bahkan berusaha menjegal orang lain demi ambisi pribadi bila sudah begini yang malu adalah kalian sendiri bukan aku atau yang lain sungguh menyakitkan bukan semua terbongkar di saat kalian ingin menikmati kemenangan itu dariku menikmati hasil yang membahagiakan tapi ternyata pil pahit yang kalian telan sungguh ini menyakitkan

bila kejujuran di kalahkan dengan harta

om swasty astu

hari demi hari kulalui dengan kegundahan di hati , kucoba untuk mengerti arti dari semua ini , engkau berusaha dengan sekuat tenagamu untuk membelaku , kamu berusaha mencari tau apa yang sedang terjadi kutau kau akan lakukan itu karena aku tau kau bukan orang bodoh ,,,,,,,,,,,,,,sahabatku sungguh maafkan aku karena kedekatanmu dengan ku membuatmu di benci teman'' yang lain karena fitnah satu orang saja , kau terus berusaha untuk membongkar semua ini , namun aku sungguh tak menyangka bila orang yang kuanggap baik ternyata begitu jahat di belakangku ku.
sebagai orang yang selalu di kambing hitamkan aku merasa sudah nggak ada waktu lagi bagiku untuk membersihkan namaku aku merasa keadilan nggak akan pernah berbalik padaku namun ternyata Tuhan itu benar'' adil benar'' menunjukkkan padaku apa yang terbaik bagi umatnya.
saat semua orang membenciku karena fitnah'' kejam itu aku hanya diam namun diam ku bukan diam tak bicara dan bergerak diamku diam karena aku ingin berusaha lebih keras lagi bahwa aku bukan seperti yang di tuduhkan dan ternyata aku berhasil , aku berhasil lebih maju dari yang lain , aku lebih bisa mewujudkan impianku dari pada yang lain ,, bila yang lain masih berdiri di situ'' saja tanpa ada perubahan namun aku telah melakukan perubahan yang besar tanpa dukungan mereka sungguh aku bersyukur , perlakuan mereka kujadikan cambuk bagiku untuk lebih maju untuk lebih berarti bukan malah menghancurkan aku dan seharusnyal;ah aku berterima kasih kepada mereka tanpa penghinaan yang mereka lakukan mungkin aku tak akan setegar ini tak akan sekuat ini , terima kasih teman. tapi aku juga nggak mengerti apa keinginan mereka padaku mengapa dan mengapa aku yang selalu di jadikan sasaran mengapa aku yang selalu di kambing hitamkan oh nasib nasib nasib eheehheehehh tapi aku santai aja kok aku nggak mau memikirkan hal yang tak ada gunanya for what ahahhahahah kata orang bijak anjing menggonggong kafilah berlalu dan itu terbukti padaku mereka yang berteriak'' berkoar'' bilang aku benar ternyata mereka sendiri yang maling hehheheeheh

Monday, March 30, 2009

fitnah itu begitu mengecewakan aku

sejak semula aku sadar kehadiranmu akan membuat perubahan besar dalam diri organisasi ini tapi aku juga nggak tau apakah perubahan ini akan membawa dampak positif atau negatif karena aku melihat apa yang ada didirimu hampir sama dengan aku watakmu yang keras juga pendirianmu dan itulah yang membuatmu seperti sendok dan garbu dengan ku hahaahhaha